Archive for Mei, 2010

JIGSAW 6 (selesai)

PENUTUP

 

Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran Cooperative Learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa. Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran Cooperative Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran Cooperative Learning ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Model desain pembelajaran yang di kemukakan oleh Dick dan Carey telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem atau system approach terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Model desain sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dan kawan-kawan terdiri atas beberapa komponen dan sub komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktivitas pembelajaran yang lebih besar. Pengembangan model desain sistem pembelajan ini tidak hanya diperoleh dari teori dan hasil penelitian, tetapi juga dari pengalaman praktis yang di peroleh dilapangan.iplementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis dan menyeluruh.hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajan yang mampu di gunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran.

 

Diangkat dari Makalah Kelompok ASJON ABAS dan ADILA NOSI

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Pribadi, B. A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasana, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

 

Trainto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

 

Lie, A. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

 

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri.

http://ipotes.wordpress.com/2008/05/15/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw/ diakses tanggal 27 April 2010.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/
diakses tanggal 27 April 2010.

http://www.idonbiu.com/2009/05/model-pembelajaran-cooperative-learning.html
diakses tanggal 27 April 2010.

AGEN PEMBAHARU 5 (selesai)

 

BAB III

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Agen Pembaharu adalah seseorang yang bertugas mempengaruhi orang lain agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency).
  2. Fungsi utama agen pembaharu sebagai penghubung antara pengusaha pembaharuan dengan klien dengan tujuan agar inovasi dapat diterima oleh klien sesuai dengan tujuan yang diinginkan pengusaha pembaharuan. Sedangkan tugas utama agen pembaharu adalah melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha pembaharuan ke klien dengan jalan mengadakan komunikasi yang efektif dengan klien.
  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen pembaharu adalah kegigihan usaha agen pembaharu, lebih berorientasi pada klien daripada kepada pengusaha pembaharu, menyesuaikan dengan kebutuhan klien, agen pembaharu dengan klien homophily, harus diadakan kontak dengan klien yang berstatus lebih rendah dari agen pembaharu, emphatic terhadap klien, menggunakan pembantu agen pembaharu, kepercayaan klien tarhadap agen pembaharu, hindari adanya profesional semu, mendayagunakan pemuka pendapat, dan menumbuhkan kemampuan klien untuk menilai inovasi.
  4. Ciri pokok sistem difusi sentralisasi adalah ide inovasi muncul dari para ahli yang kemudian disebarkan dengan bentuk paket yang seragam, klien tinggal menerima atau menolak inovasi (klien pasif). Sedangkan ciri pokok sistem desentralisasi adalah ide inovasi dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon penerima sendiri. Sasaran inovasi juga berperan sebagai agen pembaharu.

     

  5. Saran

Diharapkan para pembaca makalah ini dan pemerhati inovasi pendidikan dapat mengembangkan pada bidang sains sehingga lebih menambah wawasan dan memperkaya khasanah pengetahuan.

Diangkat dari Makalah Kelompok Inovasi Pendidikan milik Asjon dkk.

DAFTAR PUSTAKA

 

Ibrahim, 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan LPTK.

http://blog.unila.ac.id/zikwan/2009/09/04/guru-dan-tuntutan-melakukan-inovasi diakses tanggal 22 Pebruari 2010.

http://fatkhurrohman66.blogspot.com/2009/05/tugas-inovasi-pendidikan.html diakses tanggal 22 Pebruari 2010.

 

 

AGEN PEMBAHARU 4 (sambungan)

  1. A. Sistem Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi

Sistem difusi yang telah lama digunakan adalah sistem difusi sentralisasi, yang sering juga disebut sistem difusi model klasik. Adapun ciri-ciri pokok sistem difusi sentralisasi adalah ide inovasi muncul dari para ahli yang kemudian disebarluaskan dalam bentuk paket yang seragam kepada anggota sistem sosial yang mungkin akan menerima atau menolak inovasi.

Mulai tahun 1970, Rogers menyadari bahwa sistem difusi sentralisasi tidak dapat terlaksana sama seperti apa yang telah direncanakan oleh penemunya, tetapi kenyataannya banyak terjadi modifikasi atau re-invensi dalam penerapannya di lapangan. Demikian pula, Schon pada tahun 1971 menyatakan bahwa teori difusi jauh tertinggal dari kenyataan timbulnya tantangan, perlu sistem difusi yang baru. Ia menyatakan bahwa sistem sentralisasi tidak dapat menampung munculnya ide-ide baru dari berbagai bidang yang sangat komplek dan terjadinya difusi melalui jalur horizontal. Maka kemudian timbul sistem difusi desentralisasi yang ditandai dengan munculnya ide baru tidak dari seorang atau sekelompok ahli, tetapi dapat dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon penerima inovasi sendiri. Jadi, sasaran inovasi juga berperan sebagai agen pembaharu. Baca lebih lanjut

AGEN PEMBAHARU 3 (sambungan)

  1. Faktor-faktor Keberhasilan Agen Pembaharu

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen pembaharu berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

  1. Usaha agen pembaharu. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen pembaharu adalah keinginan usaha yang dilakukan agen pembaharu. Sebagai indikator untuk mengetahui kegigihan (besarnya) usaha agen pembaharu adalah jumlah klien yang dihubungi untuk berkomunikasi, banyaknya waktu yang digunakan untuk berpartisipasi di desa (tempat tinggal) klien dibandingkan dengan waktu di kantor atau dirumah sendiri, banyaknya keaktifan yang dilakukan dalam proses difusi inovasi, ketepatan memilih waktu untuk berkomunikasi dengan klien, dan sebagainya. Dari berbagai bukti dirumuskan generalisasi (1) Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan besarnya usaha mengadakan kontak dengan klien.
  2. Orientasi pada klien. Posisi agen pembaharu berada di antara pengusaha pembaharuan dengan sistem klien. Agen pembaharu mepertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pengusaha pembaharuan, tetapi di pihak lain ia juga harus bekerja bersama dan untuk memenuhi kepentingan klien. Agen pembaharu akan mengalami kesukaran jika apa yang diminta oleh pengusaha pembaharu tidak sesuai dengan kebutuhan klien. Dengan demikian, agen pembaharu akan berhasil melaksanakan tugasnya jika ia mampu untuk mengambil kebijakan dengan lebih berorientasi pada klien. Agen pembaharu harus menunjukkan keakraban dengan klien, memperhatikan kebutuhan klien, sehingga memperoleh kepercayaan yang tinggi dari klien. Dari berbagai bukti hasil pengamatan dan penelitian dirumuskan generalisasi (2) Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan orientasi pada klien daripada orientasi pada pengusaha pembaharuan. Baca lebih lanjut

AGEN PEMBAHARU 2 (sambungan)

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Agen Pembaharu

Agen pembaharu (change agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency). Semua agen pembaharu bertugas membuat jalinan komunikasi antara pengusaha pembaharuan (sumber inovasi) dengan sistem klien (sasaran inovasi).

Tugas utama agen pembaharu adalah melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha pembaharuan ke klien. Proses komunikasi ini akan efektif jika inovasi yang disampaikan kepada klien harus dipilih yang sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah yang sedang dihadapinya. Agar jalinan komunikasi dalam proses difusi inovasi ini efektif, maka umpan balik dari sistem klien harus disampaikan kepada pengusaha pembaharuan melalui agen pembaharu. Dengan berdasarkan umpan balik ini pengusaha pembaharuan dapat mengatur kembali bagaimana sebaiknya agar komunikasi dapat lebih efektif. Baca lebih lanjut

AGEN PEMBAHARU 1

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Pada akhir abad dua puluh, manusia hidup dalam pranata sosial yang serba cepat berubah. Manusia dengan akalnya telah dapat menunjukkan kelebihan anugerah Tuhan Yang Maha Esa dengan kemampuannya menciptakanberbagai macam saranayang dpat digunakan untuk menguasai, memanfaatkan, dan mengembangkan lingkungannya untuk kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.

Pada saat ini perkembangan kemajuan teknologi begitu cepat. Tom Forester menyebutnya dengan nama revolusi industri kedua. Kemajuan ini berdasarkan pada rakitan elektromagnetik, seperti photografi, telephon, radio komunikasi, radar, laser, dan berbagai macam digital komputer elektronik. Segala macam peralatan ini saling berkaitan, dimana yang satu dapat menyempurnakan yang lain. Hanya dalam waktu yang singkat komunikasi elektronik telah berkembang pesat. Penggunaan komputer telah telah tersebar ke dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan.

Revolusi industri kedua telah menghasilkan kemampuan otak manusia dengan mesin, misalnya komputer yang dapat menyimpan data serta mengeluarkan kembali pada saat diperlukan, dapat menghitung, dapat memilih sesuatu yang dikehendaki sesuai dengan petunjuk dan kebutuhan. Tetapi kehebatan computer hanya sebagai alat, kunci penggunaan alat tersebut tetap ada pada manusia dan computer tidak akan menyamai kemampuan otak manusia ciptaan Tuhan.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa hasil kemajuan teknologi dapat didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Kemajuan dan perubahan kehidupan sosial yang serba cepat merupakan tantangan atau masalah dalam bidang pendidikan. Guru harus menyiapkan anak didik agar mereka mampu menghadapi kehidupan modern. Kurikulum sekolah harus disusun agar relevan dengan tantangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Guru sebagai agen pembaharu jika kurang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka menyebabkan kemunduran dalam bidang pendidikan. Kita selalu menyerahkan studi ilmu pengetahuan dan teknologi kepada orang lain dan membuat kita tergantung pada orang lain. Di dalam abad modern, masalah kehidupan manusia tidak dapat dipecahkan kecuali dengan upaya pengembangan ilmiah, dan kunci untuk sukses di dalam seluruh urusan harus bersandar pada ilmu. Karena itu adalah kewajiaban bagi para guru dan tenaga kependidikan untuk meraih pengetahuan teknik dan ilmiah yang lengkap dan mutahir. Ketidakterampilan agen pembaharu dalam pendidikan tak lain dan tak bukan karena dihasilkan oleh sistem pendidikan nasional yang tidak baik. Agen perubahan berdiri sendiri-sendiri, tidak membentuk jaringan agen perubahan. Sehingga untuk membangun sebuah inovasi terhambat. Sebuah kegiatan yang terorganisir akan lebih efektif dibanding dengan yang tidak terorganisir.

Untuk menjawab tantangan di atas, perlu adanya sesuatu yang baru dalam bidang pendidikan, yaitu inovasi pendidikan. Suatu inovasi akan bermanfaat untuk memecahkan masalah pendidikan, jika inovasi tersebut dapat diterima dan diterapkan oleh para pelaksana kegiatan pendidikan (pendidik) yang memahami tentang inovasi pendidikan. Salah satu hal yang perlu dipahami adalah peranan wahana pembaharu (change agent).

 

  1. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

  1. Memahami pengertian agen pembaharu.
  2. Memahami fungsi dan tugas peran agen pembaharu.
  3. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen pembaharu.
  4. Memahami sistem difusi sentralisasi dan sentralisasi.

     

Bersambung……………

PAKEM 7 (sambungan)

1. Karakteristik Model Pembelajaran Latihan Inkuari

a. Sintaks

Model pembelajaran latihan inkuari ini memiliki lima fase sebagai sintaks pembelajarannya. Adapun kelima fase tersebut adalah sebagai berikut.

Fase 1

:

Berhadapan dengan masalah

Guru menjelaskan prosedur inkuari dan menyajikan peristiwa yang membingungkan.

Fase 2

:

Pengumpulan data untuk verifikasi

Menemukan sifat obyek dan kondisi. Menemukan terjadinya masalah.

Fase 3

:

Pengumpulan data dalam eksperimen

Mengenali variabel-variabel yang relevan, merumuskan hipotesis dan mengujinya.

Fase 4

:

Merumuskan penjelasan

Merumuskan aturan-aturan atau penjelasan-penjelasan.

Fase 5

:

Mengalisis proses inkuari

Menganalisis strategi inkuari dan mengembang-kannya menjadi lebih efektif.

Dari lima fase di atas, fase 2 dan 3 merupakan kegiatan eksplorasi siswa, fase 4 adalah kegiatan elaborasi, danpada fase 5, guru dapat melakukan konfirmasi.

  1. Sistem sosial

    Baca lebih lanjut

PAKEM 6 (sambungan)

BAB III

Model – model Pembelajaran Berorientasi PAKEM

Untuk dapat melaksanakan PAKEM, selain memahami prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme, juga harus menguasai berbagai strategi atau model-model pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan baik model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan keterampilan psikomotor, keterampilan berpikir , maupun keterampilan sosial.

Pemilihan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan target hasil belajar yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Pembelajaran yang dirancang selain berorientasi pada pilar-pilar PAKEM, juga harus diperhatikan kegiatan-kegiatan minimal yang harus ada dalam proses pembelajaran sesuai dengan pesan standar proses (Permendiknas RI no 41, tahun 2007, tentang Sandar Proses), yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Kegiatan eksplorasi dapat dimaknai sebagai kegiatan untuk melibatkan siswa dalam mencari informasi yang luas mengenai materi yang sedang dipelajari dari berbagai sumber belajar baik yang ada di lingkungan sekolah atau di luar sekolah, misalnya melalui Lembar kerja siswa, buku teks, media massa (koran, majalah), internet, praktikum, atau musium. Metode pembelajaran yang dapat digunakan guru juga bervariasi dapat menggunakan metode diskusi, eksperimen, penugasan; demikian pula pendekatan pembelajaran yang digunakan dapat bervariasi, misalnya pendekatan lingkungan, pendekatan proses, atau pendekatan kontekstual. Baca lebih lanjut

Pakem 5 (sambungan)

  1. Hal-hal Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan PAKEM

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu guru akan melaksanakan PAKEM, yaitu sebagai berikut.

  1. Memahami sifat yang dimiliki siswa, misalnya :
    1. rasa ingin tahu yang besar
    2. keinginan untuk belajar
    3. daya imaginasi yang tinggi
    1. Mengenal anak secara perorangan (karakter siswa).

      Guru sebaiknya mengenal perbedaan kemampuan, harapan, pengalaman, sikap terhadap sekolah dan latar belakang ekonomi dan sosial dari setiap siswa.

      Berbekal pengetahuan tersebut, guru dapat membantu siswa apabila mendapat kesulitan sehingga anak belajar secara optimal Baca lebih lanjut

PAKEM 4 (sambungan)

  1. Pembelajaran kreatif, yaitu pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaat sumber belajar yang ada.

    Strategi mengajar untukmengembangkan kreativitas siswa :

  • Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru
  • Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa
  • Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa
  • Penekanan pada proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa
  • Memberikan waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan menghasilkan karya
  • Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk menggugah kreativitas seperti : “mengapa“, “bagaimana“, “apa yang terjadi jika…” dan bukan pertanyaan “apa”, “kapan”

Guru yang kreatif

Siswa yang kreatif

  • Mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa
  • Kegiatan belajar yang dibuat memperhatikan/ menyesuaikan dengan level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa
  • Mampu memotivasi diri
  • Berpikir kritis
  • Daya imaginasi tinggi (imaginative)
  • Berpikir orisinil/bukan kutipan dari Guru (original )
  • Memiliki tujuan untuk ingin berprestasi
  • Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.

Baca lebih lanjut